Rabu, 16 Februari 2011

Hidup adalah pilihan :D

Hidup adalah pilihan ... klise tapi konsekuensinya sangat berat (setidaknya bagiku dari sudut pandangku tentunya)
Aku memutuskan tetap bekerja setelah menikah, tidak hanya one job tapi double job :) Sebelum menikah, aku hanya bekerja sebagai karyawan swasta, tapi setelah menikah kebetulan aku juga mendapat kesempatan menjadi guru (seperti harapan ortuku. Mereka selalu bilang: Profesi yang paling cocok untuk perempuan adalah guru, jam kerjanya hanya setengah hari, kalo suami kerja dan anak sekolah-kita juga mengajar, ketika mereka pulang-kita sudah di rumah. Dan aku selalu sambil lalu menanggapainya dengan alasan : pertama, cari sekolah tanpa koneksi nonsens meski akhirnya kemudian aku mendapatkan sekolah tempat mengajar melalui tes tanpa koneksi :) kedua,  aku cukup enjoy dengan pekerjaanku. Namun seiring dengan berjalannya waktu aku mulai merasakan kebenaran kata-kata ortuku). Sayangnya, dari sisi finansial aku masih merasa bahwa sebagai karyawan swasta aku bisa menabung karena gajinya lumayan sedangkan menjadi guru sebagai media aktualsasi dan pemanfaatan ilmu karena memang sebagai guru swasta masih jauh untuk bisa menabung:)-tapi aku ikhlas dalam menjalaninya karena memang menjadi guru adalah menyenangkan-pikiran dan wawasan kita senantiasa berkembang.
And .... the problem is .... aku kurang punya waktu di rumah atau kalaupun di rumah selalu kebalikan dengan ritme kerja suami. Aq mulai di LBB tempat aku kerja jam 12 siang sampe jam 18.30 sedangkan suamiku bekerja di pagi hari, artinya ketika aku tidak mengajar, aku di rumah sendirian sementara suamiku bekerja, dan ketika dia pulang, aku berangkat kerja, belum lagi kalo selasa-kamis di mana aku mengajar 6 jam di sekolah, praktis, jam 19.00 aku baru bisa bareng ama suamiku di rumah. Kadang, aku sampai pada titik jenuh bahkan give up untuk terus double job, suami juga pengennya aku jadi guru saja tanpa jd karyawan swasta supaya tidak capek dan banyak waktu tinggal di rumah. Tapi ketika  bosan dan jenuh itu menderaku, selalu muncul 1000 alasan agar aku tetap bekerja, misalnya : mumpung masih muda lebih baik bekerja keras-kalo udh tua baru kerja kan malesn udah payah, mumpung belum punya baby jd bisa all out bekerja-kalo udah pny baby baru fokus jd bu RT-lalu kalo pny uang sendiri kan g sepenuhnya bergantung pada suamI, bahkan bisa bantu/patungan kalo mau beli barang yang diinginkan tanpa menunggu lama, de el el deh. Untungnya sejauh ini aku punya suami yang sangat pengertian, dia selalu siap membantu tugas2ku dan memahami kesibukanku, meski akulah yang sering merasa bersalah sering meninggalkannya di rumah sendiri:'(
Aku sensitif banget orangnya-udah bawaan bayi kata ibuku, susah banget diilangin meski selalu berusaha untuk menjadi orang cueks bebeks :D.Capek dan tugas yang menumpuk terkadang membuatku uring2an dan imbasnya tentu saja di rumah, kalo sudah dihadapkan pada masalah ini, rasa bersalah dan semua capek jenuh marah bercampur jadi satu. 
Aku berusaha mempersiapkan segala sesuatunya baik mental maupun tabungan yang cukup untuk suatu ketika aku memutuskan resign dari tenpatku bekerja selama hampir 4 tahun ini. Semoga pilihan yang aku ambil saat ini adalah yang terbaik meski nantinya aku pada akhirnya nanti hanya menjadi guru saja :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar